Senin, 17 April 2017

Siapkah aku Hijrah? (part 1)

18-April-2017

21-Rajab-1438 H

Assalamu’alaykum warahmatullahiwabarakatuh


Huuaa, udah sekian lama ninggalin blog. Begitu buka lagi, ibarat rumah yang gak berpenghuni ni yah, bisa di gambarin isinya blog aku tuh udah mirip kayak gitu. 
Sawang laba-laba sliweran, udah bersarang coro, tikus, buaya, ah ntah lah.

Oke, jadi Insyaallah hari ini bakalan ada “Renofasi”. Mulai dari gerbang (aku anggap dari penulisan tanggal *biar kita gak buta-buta amat sama tanggal Islam), depan rumah (awal blog), dan termasuk juga ntar isi rumah nya (isi blog nya. kalo postingan yang kemaren-kemaren buatnya pake ngucurin air mata, mudah-mudahan sekarang udah nggak lagi lah)

Sejujurnya aku sendiri bingung mau nulis dari mana, sanking banyaknya yang udah aku lalui dan pengen banget aku certain dan aku bagikan ke kalian.Tapi sebelum kalian lanjut membaca blog amatiran ini, aku mau bilang “terimakasih, masih setia membaca, jika kalian membacanya sampai habis, semoga kalian dapat mengambil manfaatnya. Aku memang bukan siapa-siapa bagi kalian, mungkin kita belum pernah berteman secara langsung, sodara juga bukan, pacar apalagi, artis juga bukan (kecuali dlm ruang kamar tidurku sendiri itu lain cerita, emang aku artis papan atasnya  *apaan lah,Yang). Intinya meskipun aku bukan siapa-siapa buat kalian, tapi aku pengen bagi pengalaman yang udah pernah aku laluin ataupun yang sedang aku lakuin, aku pengen menyampaikan sesuatu yang bermanfaat untuk kalian. Karena aku tau, aku belum lah menjadi orang-orang yang pandai menyampaikan pesan-pesan mutiara bak pendakwah yang bisa fasih dengan lisannya dan prinsipnya “sampaikanlah walau satu ayat” *sseeh ,bagiku jika bermanfaat itu termasuk hal yang baik untuk di sampaikan kan..

Kita mulakan saja dari…. 
Hijrah
“Hijrah” ya….
Oh “Hijrah”…
Hmmm “Hijrah”
Familiar kan?  yang lagi booming kali istilah ini di kalangan anak muda sekarang. 
Yang jadi alasan anak muda dari yang pacaran terus jadi milih nge-jomblo, yang jadi alasan anak muda yang perempuan-perempuannya mendadak pakai pakaian besar-besar dan jilbab panjang-panjang, yang jadi topik pembicaraan baru bagi teman-teman pelaku nya, yang jadi alasan perubahan besar tingkah laku seseorang. Stop, sampai situ aja dulu, dan udah ngewakili yang umum-umumnya kan.

“Jadi Yang, lu pilih judul lu hijrah karena elu ngelakuin yang lagi ngetren juga?”
Eits, jangan salah. Kalo aku cerita sejujurnya nih ya, sikitpun gak pernah terpikirku tentang hijrah-hijrah an itu. Ikut-ikutan berpartisipasi menjadi jilbaber beneran, berniat mau hijrah aja pun nggak lah. Kalo berniat aja nggak, konon lagi ngelakuinnya. Seriusan.

Hijrah itu……bukan aku kali.Hijrah itu….. wih belum terbayangkanku cemana ceritanya aku hidup tanpa cowok, tanpa chatting atau kabar dari dia, tanpa stalking, tanpa sosmed, tanpa nge-gossip, tanpa humor, tanpa gaul, terasa terkekang lahHijrah itu.... apaan sih kok maunya mempersulit diri, kalo sama-sama suka, sama-sama sayang, apa salahnya lanjutin hubungan, apalagi kalo LDR kan jauh tuh, kemungkinan maksiat, zina secara langsung pun kan kecilHijrah itu… hmm ya mereka lah yang terlibat, bukan aku,
         Kalo dibuat versi film kayak di MNC nih ya, yang legenda-legendaan itu, begitu siap dia ngomong sumpah-sumpahan, tiba-tiba…. JEDEEERRRRR, kompor mamak meletop. Ya nggak lah, itu ecek-eceknya suara petir yang kalau di film ada kilatnya.Jadi kata-kataku tentang hijrah-hijrah-an tadi memang gak pernah aku ungkapin langsung dari mulut, tapi kesemuanya itulah yang ada dipikiranku, yang sering muncul dibenakku, bersarang di sanubariku *stop hiperbola Yang, fokus. (Intermezzo dikit boleh yah, ternyata ada untungnya juga punya nama “Dayang”, pas manggilnya tuh “Yang”, jadi rasanya terobati sedikitlah dari kejomblonya hehehe)

Oke back to hijrah-hijrahan versi sanubari
Itulah kesan pertama ku terhadap kata “hijrah” yang sekarang bisa dibilang lagi ngetren di kalangan anak muda.Bahkan beberapa orang yang aku dengar dia bilang “Day, aku mau hijrah”, aku pasti ngerutkan dahi dan kembali lagi pada pikiranku yang tadi, bahkan terkadang aku nanggepinya kayak senyum sinis gitu.

Oh iya tadi udah ada suara geledek ya,Hmmm… harus ku akui, aku mati rasa..  melihat kau bersamanya.. (kan, Yang.. kok jadi nyanyi, plis fokus fokus pliss. Ini demi masa depan)
Baiklah, demi nama Allah aku harus bilang..Mau nggak mau, suka nggak suka, aku harus masuk pada lingkup hijrah yang aku lece-lece in tadi. Aku ditolak sekeras-kerasnya, aku disuruh terjerembab di dalamnya, badanku ini rasanya diguncangkan sekeras-kerasnya, aku disuruh buka mata, pasang telinga, aku disuruh masuk dan pahami isi dalamnya, lebih tepatnya aku dipaksa . untuk mengerti. Ya, aku dipaksa untuk mengerti.Aku berani bilang seperti itu. Karena akulah yang merasakannya, aku yang terlibat padanya. Dan yang memaksaku itu adalah, Penciptaku. Yang jiwaku tergenggam ditanganNya, yang menuliskan skenario setiap makhluk dan telah dicatat di Lauh Mahfudzh.Allah ta’ala yang menyuruhku, Allah lah yang mendorongku pada hidayah Nya (Insyaa Allah). 

Dengan kuasaNya, hati yang tadinya ku tujukan pada seseorang yang sangat aku cintai, aku sayangi dan sangat tulus perasaan dan pemberianku padanya, yang tak pernah ku permasalahkan kekurangannya, yang tak pernah aku mau menuntut ini itu yang membuatnya marah atau sedih dan bersusah hati (dalam hal materi/yang bisa dilihat), yang sangat ku cemburui (karena rasa sayang ku itu), yang hampir semuanya aku bakal kasih untuknya (ini hal terbodoh yang pernah aku lakuin dan sampai sekarang perbuatan-perbuatan itu jadi ingatan yang seperti setan karena sering hadir dipikiranku dan merusakku. Dan bukan mau sok alim, tapi na’udzubillahi mindzalik jika aku harus kembali pada masa itu, masa dimana kecerdasan gak ada manfaatnya, pikiran sehat gak ada artinya, yang berkuasa cuma hawa nafsu, yang merajai cuma setan dan syahwat. Sanking buruknya hal dan kejadian itu, aku menamainya pikiran setan dan setiap teringat akan itu, aku sering mengucap ta’awuz (a’udzubillahiminasysyaithanirrajim) untuk mengusirnya dan terkadangpun aku membaca surat An-Nas. Tapi benar-benar aku malu jika mengingat hal itu, hal yang sangat menjijikkan, yang aku gak tau apakah Allah mau mengampuniku meskipun aku melinangi shalatku dengan air mata. Maaf aku tak sanggup menceritakannya lebih, karena jujur saja perasaanku sekarang seperti…. hmmm penyesalan yang tak tau kapan habisnya, ntahpun mungkin hanya akan habis saat.. ah aku gak bisa mengunggkapkannya, susah terdefenisikan. Apapun yang aku rasakan sekarang hanya Allah saja yang tau). Yang ku sanggupi sekarang ini adalah menghembuskan nafas yang panjang sambil menutup mata,memang selalu begitu saat pikiran setan dan ingatan itu datang.dan aku benar-benar menyesali masa-masa itu. 

Teman, aku benar-benar tak sanggup untuk bercerita lagi saat ini.

Insyaallah akan ku sambung esokdi part 2..Insyaallah. tetap setia membaca ya.. 
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar