Kamis, 20 April 2017

Siapkah Aku Hijrah? (part 2)

20-April-2017
23 Rajab 1438 H


Assalamu’alaykum warahmatullahibarakatuh

 “Mau nggak mau, suka nggak suka, aku harus masuk pada lingkup hijrah yang aku lece-lece in tadi. Aku ditolak sekeras-kerasnya, aku disuruh terjerembab di dalamnya, badanku ini rasanya diguncangkan sekeras-kerasnya, aku disuruh buka mata, pasang telinga, aku disuruh masuk dan pahami isi dalamnya, lebih tepatnya aku dipaksa . untuk mengerti. Ya, aku dipaksa untuk mengerti”

            Teman, kemarin aku harus menghentikan tulisan karena saat itu rasanya ter-flashback  lagi sama apa-apa yang sudah aku buat tanpa tau malu, tau itu dosa tapi tetap aja aku lakuin. Apa ya bilangnya, masa jahiliyah lah gitu. dan itu cukup membuat diri terasa kecil terasa rendah.

Ohiya, kenapa aku ulangi lagi kata-kata di part 1? Karena aku ingin berbagi cerita sama kalian yang masih setia membaca tulisanku di baris kesekian ini. Ku katakan disitu  “….aku dipaksa . untuk mengerti. Ya, aku dipaksa untuk mengerti” 
bahwa  ternyata Dia cemburu padaku. Dia mencemburui-ku karena aku lebih mencintai seseorang, sampai-sampai tak tau malu lagi dengan dosa. Dia menyampaikan kecemburuanNya dengan memberikan ku teguran. Teguran keras. Yang cukup-cukup menguras air mataku, menggerogoti berat badanku, menyiksa pikiranku, dan saat itu pula terasa beberapa nikmat dari Nya dicabut, karena gak selera makan, gak bisa ceria dan tertawa lepas, dan sakit gigi. Ini gak lebay lho, beneran itu yang aku alami.

Jadi kalau kata Meggy Z “dari pada sakit hati, lebih baik sakit gigi..”dududu.  Hoax itu mah , hoax. Karena mungkin pas dia buat liriknya okelah dia sakit hati, tapi pas giginya sehat, lah tetiba aku…. Dua dua nya ampun ampun aku nahankan sakitnya cuy.

Kesimpulannya apa cobak? nikmat-Nya diambil pelan-pelan, Mmh setelah ku pikir-pikir, kenapa lah Dia kasih sakit yang bener-bener sakit di saat yang bersamaan, ternyata ya wajar sih, karena Dia cemburu makanya Dia tegur aku.
Gini kataNya “Katakanlah, “jika bapak-bapakmu, ana-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu,keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan , perdagangan yang kamu khawatirkan kerugiannya, tan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.” (Q.S(9):27)

Seriusan aku baru menyadari ayat ini setelah ku dapati musibah kehilangan itu, cak dulu pas masih membatu hatinya karena lebih cinta sama orang, mana mempan dikasih ayat apapun. Pulak hati lagi dikuasai sama yang lain. Dan iya sih ada sedikit rasa takut saat membaca kalimat terakhir. Singkat cerita, maka ditimpakan-Nya lah teguran demi teguran. Tapi apa aku langsung tobat gitu? Nggak! Aku masih bebal.
Ingat Allah iya ingat memang, tapi sekedar mengadu-ngadu Ya Allah…Ya Allah... tanpa berusaha merubah diri. Cuma sekedar ngadu, nanges, tapi tetep aja sempat hampir pacaran lagi (cari pelampiasan).

Aku bakalan cerita.
Dan ini semoga bisa membantu kalian para LDR. Buat yang masih bertahan ya Alhamdulillah, semoga dia emang jodoh kalian, tapi kalau udah rada-rada nih, mmh siap-siap aja lah ya kalau seandainya pasangan kalian itu setianya, sayangnya, percaya nya luar biasa sama kalian, dia pasti tau apa yang dilakukannya. LDR cuma dua kuncinya, setia tapi benar-benar setia dan menjaga komitmen atau ya berkhianat tapi berdalih setia ini yang UUP (ujung-ujungnya putus)

Gak usah di bahas lah ya statement yang pertama, cukup berbahagia aja buat para pelakunya. Berarti pasangan kalian benar-benar sayang sama kalian. Enakan bahas statement kedua nih. Ya cemana lah, itu pulak yang ku dapati.

Oke teguranNya pun dimulai...

Kalau diceritain dari awal bakalan panjang kali. Intinya gini, kalau kalian lagi sayang-sayangnya sama orang, atau mungkin udah sampai buta karena seseorang, maka sebisa mungkin kalian akan mempertahankan dia kan. Kalian menaruh rasa cemburu, pasti. Ingin selalu komunikasi, pasti. Tidak masalah jika dua-duanya saling sayang, maka dua-duanya pasti bakalan ngusahain biar rindunya kesampean gitu.  Tapi cemana ceritanya cobak, yang satu udah ngusahain dan bener-bener ngejaga hatinya, eh yang satu lagi ambil kesempatan emas. Dengan mencari referensi lain.
Nih aku open mind ya,, menurut kalian jika seseorang bosen diperhatiin, ngerasa gak betah kalau dikekang, maka biasanya dia butuh yang namanya kebebasan. Bener? Kebebasan berarti apa? Lebih nyaman jika sendiri kan? tidak perlu mengabari begini begitu, gak perlu mikirin dia apalah apalah. Bener-bener aku mau dengan duniaku sendiri dulu. Oke aku setuju.

Tapi kalau alasannya begitu, tetiba udah sama perempuan lain aja. Maka kesimpulannya adalah? Sudah sudah tak usah dijawab. Cukup di dalam pikiran aja.
“Katanya cuma kakak adek mah orang itu. Iya sih kakak adek yang pake sayang-sayangan,” cih

Lu tau? Yang gak habis pikir itu, disaat udah terungkap satu satu kebohongannya, dia masih berdalih untuk bohong lagi. Oke skip lah sakit hati itu ya. Yang parahnya selain gak ngakuin salahnya, dia juga ntah nunggu apa.

Gini gini. Si X(yang jahat) gak mutusin hubungan sama pacar aslinya (anggaplah Y) yang sedang LDR an, tapi maen cewek lagi sama orang lain di daerah dia sekarang. Jadi kodratnya perempuan itu, lebih tajam instingnya ketimbang laki-laki. Apalagi bersangkutan dengan orang yang dia sayang. Nah, tapi si penjahat (X) gak ngaku, ya cemana pulak mana ada penipu berkata jujur dengan terus terus berdalih sampai akhirnya gak sanggup lagi lah si baik (Y). 

Maka daripada dia bertahan pada kebodohannya, bertahan pada orang yang tidak tau berterimakasih, tidak menghargainya, selalu lari jika ada masalah dengan berdalih dan menganggap selesai padahal hanya ditutupi terus-terusan , intinya dia itu tidak menempatkan rasa sayang nya lagi, dikarenakan sudah ada hati yang lain. Yang mungkin lebih banyak membantunya disana ketimbang yang jauh disini, yang lebih bisa memberinya manfaat, ntah itu makan ataupun gadget atau apapun yang gak bisa aku lakukan untuknya, atau hal-hal lain lah yang gak ku tau itu.

Maka ntah apa maunya, dengan entengnya dia bilang ke orang-orang “dia (si Y) yang mutusin”. Kemudian tanpa menceritakan apa yang sebenernya terjadi, dia hanya memegang prinsip aku yang melepaskannya. Apa cobak yang mau dibuktiin. Mau sok jadi pemain (playboy). Begitu diakhiri langsung jadian sama yang lain. Ih.. 

Oh kalian cewek-cewek. Mau kalian di duain? Hah? Nggak kan. terus dengan santainya kelen disuruh nunggu dia, tapi sambil nunggu dianya udah punya cewek lain. Rela kalian?  Halooo kita gak serendah itu. Terus apa yang lu lakuin? Ya Putusin lah. Apalagi. Udah gak wajar lagi lah dipertahanin kalo gitu.

Dengan dalihnya dia bakal bilang gini ke pacar barunya itu “aku sama dia udah gak ada apa-apa. Dia yang mutusin kok. Aku sama dia udah sekian tahun yang lalu, bla bla bla …”  yang pastinya menjatuhkan si Y biar si target (pacarnya) kelepek-kelepek dan percaya. Dan bahkan nih ya tiap ada orang yang kenal sama si X dan sama si Y, tiap orang lain nanyakin tentang Y kepada X, maka si X menjawab “dia kok yang mutusin.” 
Wihh… ntah lah ntah. gak tau lagi mau bilang apa.  
Kalian lah yang menilainya. Syuh syuh sabar, Yang. Jangan terlalu membuka luka.

Dan perlu kalian tau, masalah gak sesimpel itu. Sebelum akhirnya menyerah sama mempertahankan hubungan disatu sisi, pas terungkap-terungkap kebohongannya itu loh yang sedep kali sakitnya.
But bye the way, gaklah pulak aku certain.. aku pun gak sanggup lagi ngingat-ngingatnya. Sakit kali cuy. Sumpah sakit kali.

So, sama seperti yang orang-orang putus cinta lakuin. Galau, asik liat status cinta-cintaan, depresi, masih stalking, marah-marah lagi ke “dia” eh dianya melece-lece dengan bilang "itu semua dia yang lakuin, dia yang balas. (ah untuk cerita yang ini, terlalu menyakitkan) dan bangga gitu sama hubungan barunya dan kebaikan si pacar (huh biasalah yang di mabuk cinta). 
Pas ada senggang sikit untuk baik, luluh lagi si cewek. Gak berapa lama stalking, marah lagi. Nangis lagi. itu dilakukannya, karena masih percaya dan gak percaya.  Ibaratnya saat dia udah berhasil bangkit dikit, jatuh lagi, berdiri dikit, jatuh lagi. Itu berulang-ulang kali. Terjadi berhari-hari bahkan berminggu-minggu, dan hampir juga berbulan. 

Nah itu yang ku bilang “aku dipaksa”. Aku dipaksa Allah untuk buka mata, buka telinga, berpikir lah yang logis karena tak selamanya hati benar, apalagi kalo udah kejauhan dari Allah.

Karena tadinya selalu masih ada harapanku untuk memperbaiki hubungan dengannya, berharap aku dan dia masih bisa sama-sama. Apalagi karena dia terus terus berdalih tidak ada hubungan apa-apa dengan orang lain, yang nyatanya ia sangat menyayanginya, membelanya habis-habisan, membanggakannya, ah kurasa pandangannya kepada perempuan itu adalah "kaulah dewiku yang kutunggu-tunggu selama ini". *huek. 

Sedangkan aku, hampir tak pernah kutau dia membawa-bawa namaku dan merasa bangga menyampaikannya pada yang lain, atau membelaku, atau merasa takut kehilanganku, atau dihargainya. Intinya benar-benar menaruh rasa sayangnya. Huh rasa sakitnya berlebih-lebih dari sekedar patah hati biasa.*hiks

Mungkin hanya aku yang terlalu tidak mempermasalahkan keadaannya. Tak terlalu perduli dengan tebal kantongnya, sebisa mungkin aku ingin terus membantunya, menyemangatinya,  sering memaklumi dan menutupi permasalahan biar gak jadi perpisahan. Kalaupun permasalah terungkap, yang kudapati hanya “biarlah berlalu” tanpa ada penyelesaian. Hmmh tapi apa yang dia lakukan?

Sebenarnya sangat banyak hal-hal yang kurasakan lebih-lebih dari yang kuceritakan disini, tapi sudahlah. Cukup aku dan Allah saja yang tau.

Begitulah jika perasaan sudah sangat lari dari Allah. Jujur, awalnya aku melibatkan Allah saat pertama kali aku berniat padanya. Tetapi setelah terjadi beberapa pelencengan dari yang seharusnya (misalnya berbohong dan sebagainya) ternyata pelan-pelan Allah ku tinggalkan. Palingan hanya mengadu-ngadu masalah kepadanya. Sampai akhirnya perasaan ku ke manusia pun lebih besar.

Maka biarlah dia bahagia dengan kekasihnya itu. Mau sampai kapan terus menerus bersedih dan meratapi kenyataan yang memang bukan sekedar mimpi buruk. Sampai akhirnya aku berhenti untuk mengetahui tentangnya, sehubungan dengan teman-temanku, ataupun orang-orang sekelilingku yang selalu bilang “Allah akan mengganti dengan yang lebih baik, berarti Allah menyayangimu, Yang. Tak dibiarkannya kau terus-terusan maksiat” atau apalah segala motivasi lainnya.  Ya mereka semua benar. Bahkan ada satu perkataan temanku yang paling ku ingat, “Sudahilah. Cukup jatuh bangunmu. Cukup untuk mencari tau dan melihat dia, karena akan semakin membuatmu terpuruk dan terus-terusan sedih. Sedangkan dia, dia sudah senang-senang disana, ber-sayang sayangan dengan perempuan idamannya.  Day, tiap kau ingat dia, ingatlah apa yang telah diperbuatnya dan apa yang kau berikan dan dapatkan. Janji sama diri sendiri untuk menyudahi kesedihanmu. Dan terus berdoa agar setiap harinya rasa itu dikikis dan dikikis. Sampai perasaanmu hilang, sampai rasa sakitnya pun hilang.“

Lalu banyak hal-hal yang ku ubah. Sulit memang. Sulitnya setengah mati. Terutama alasannya tuh karena masih gak terima diri ini diperlakukan kayak gitu, sedangkan aku tidak begitu ke orang-orang. Ikhlas itu sulit ternyata.

Yap, Dia yang punya andil tentang hati sudah memberi teguran keras padaku. Alhamdulillah teguran itu aku arahkan kepada Nya, bukan pada kejahatan lainnya. Dan alhasil insyaallah tak pernah ku dapatkan ketenangan dan kerinduan yang dalam akan belajar agama dan terus belajar setelah waktu-waktu yang terus berlalu itu. Dan banyak hal yang kualami setelah peristiwa menyakitkan itu, sampai akhirnya aku bisa seperti sekarang dan aku benar-benar bahagia.      

Insyaallah bakalan lanjut di part 3 nya teman-teman. Banyak kecerian yang pengen aku bagi ke kalian. Ya meskipun part ini cukup mengundang emosiku lagi dan lebih ke curhat hehe, abis daripada nyeritain orang lain, mending certain diri sendiri dan jadiin motivasi kan.

Oke thank you for reading. Dan tetap ikutin ya….
Assalamu’alaykum. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar