Kita
tidak ketemu, tidak bertatapan muka, tidak bercanda dan tertawa secara
langsung, bahkan sangat jarang bisa mendengar suara satu sama lain.
Kita
tetap berkomunikasi dalam via chat, dan selalu menanyakan pertanyaan serupa ,
“lagi apa?” , “kuliah hari ini?”, atau “sudah makan?”. Itupun juga dengan waktu
yang tidak rutin dan dengan respon yang lama.
Jika pagi dan siang mereka disibukkan
dengan rutinitas, maka perempuan itu selalu menaruh harapan besar pada malam
harinya. Agar ia bisa berkomunikasi dengan lelakinya. Lalu pada malam harinya...
Keduanya
tetap saja sibuk. Yang satu sibuk mengajar privat (tapi tetap menunggu pesan
dari lelakinya), sedang yang satu sibuk dengan pekerjaan atau dengan tugasnya.
Terkadang
si perempuan benar-benar menunggu
hingga larut malam, sampai lelakinya itu selesai dari pekerjaannya dan sampai
dirumah. Sedikit terkesan bodoh, tapi itu semata karena ia juga ingin merasakan
beratnya menahan kantuk, “karena aku tau dia bukan orang yang tahan untuk tidur
lama”, batinnya. Ditambah lagi ia harus terus melayani pembeli dan meracik
kopi.
Perempuan itu melakukan hal yang kurang
penting, tapi begitulah rasa sayang. Tidak bisa didefenisikan hal-hal yang akan
dilakukannya demi seseorang yang berharga baginya. Saya tidak membela diri
karena juga sebagai wanita, tapi itu fakta. Demi yang kita sayangi, hal-hal tak
penting bahkan bodoh sekalipun bakalan kita lakukan kan demi dia.
Ternyata di hati perempuan itu terbesit
satu keinginan, keinginan untuk diperhatikan lebih oleh lelakinya. Ia ingin
lelakinya melarangnya melakukan itu, menasehatinya untuk tidak usah menyusahkan
dirinya sendiri, mengingat esok pun ia harus kuliah. Ia ingin diperlakukan
layaknya ia dilindungi, bukankah memang
seharusnya setiap lelaki begitu kepada wanitanya?
Dan
satu harapan kecil dari yang ia lakukan itu terbesit di benaknya, "adakah
kata terimaksih akan terucap dari nya?”
Tetapi si lelaki tidak menyadarinya. Ia
pulang hingga pukul 3 pagi. Kemudian mengabari wanitanya “Saya pulang, ayo tidur
saya sudah mengantuk.”
Wanita
itu membaca pesan yang ditunggu-tunggunya sejak malam datang, lebih tepatnya
sejak lelakinya pergi bekerja. Terkadang
dibalasnya, terkadang sekedar dibaca saja. Karena ia tau tidak aka nada respon
lanjutan jikapun ia membalas pesan itu. Karena lelakinya sudah terlelap.
Wanita itu pun tertidur dengan tenang,
karena lelakinya pulang dengan selamat. Tapi di kelelapannya, ia juga merasa
sedih karena ia tak mendapatkan ucapan terimakasih itu. Ya, dia sudah terbiasa
kecewa.
Saat kita menyayangi seseorang, hal-hal
yang gak penting pun tetap beralasan untuk kita lakukan. Apalagi saat hubungan
itu memiliki jarak yang jauh. Jika pun tidak bisa bertatap muka, apa salahnya
jika memberikan perhatian yang lebih, atau menghargai apa yang ia berikan untuk
kita. Paling tidak berusahalah memiliki sedikit waktu untuknya, meskipun hanya
via suara.